Delirium adalah sekelompok gejala yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari gangguan fungsi mental. Orang dengan delirium sering bingung, tidak mampu membentuk pikiran atau tindakan yang koheren, dan memiliki masalah dengan ingatan jangka pendek mereka. Kondisi ini sering terjadi pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi medis serius, seperti infeksi sistemik. Jika seseorang mengalami delirium, mereka perlu dirawat oleh dokter. Dokter itu akan fokus pada pengobatan penyakit yang mendasarinya dan mengendalikan perilaku yang terkait dengan delirium yang mungkin berbahaya atau mengganggu.
Langkah
Metode 1 dari 3: Mengobati Delirium Secara Medis
Langkah 1. Rawat penyakit yang mendasarinya
Ada berbagai macam masalah medis yang dapat menyebabkan delirium. Ini dapat bervariasi antara penyakit yang mengancam jiwa, seperti stroke, hingga masalah sederhana yang dapat diperbaiki dengan mudah, seperti dehidrasi. Dalam banyak kasus, setelah masalah mendasar diobati secara efektif, delirium akan hilang dengan sendirinya.
Karena delirium memiliki begitu banyak penyebab mendasar yang berbeda, satu rencana perawatan tidak akan berhasil untuk setiap pasien. Ini membuat diagnosis yang tepat dari penyakit yang mendasarinya menjadi aspek kunci dari perawatan yang tepat
Langkah 2. Ambil tindakan pencegahan keamanan
Dalam banyak kasus, yang terbaik adalah tidak mengobati orang tua dengan delirium. Namun, jika seseorang menjadi sangat gelisah atau menjadi bahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain, mereka perlu diberi obat. Bicaralah dengan dokter mereka tentang obat yang akan bekerja dengan baik untuk meminimalkan agitasi mereka tetapi akan memungkinkan mereka untuk memiliki kualitas hidup terbaik.
- Jika pasien delirium perlu diobati, mereka biasanya diberikan obat antipsikotik, seperti haloperidol. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin diberikan obat penenang, tetapi hal itu jarang dilakukan.
- Dalam beberapa kasus delirium ekstrim, pasien perlu ditahan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain. Ini harus digunakan hanya sebagai upaya terakhir setelah semua pilihan pengobatan lainnya telah habis.
Langkah 3. Bedakan antara delirium, demensia, dan penyakit mental
Delirium sering keliru didiagnosis sebagai demensia karena gejalanya mirip. Demensia ditandai dengan penurunan dua atau lebih fungsi otak dan merupakan gejala dari suatu kondisi, seperti penyakit Alzheimer atau stroke. Delirium juga dapat disalahartikan sebagai penyakit mental, terutama ketika penyakit yang mendasarinya sulit untuk didiagnosis.
- Mereka yang mengalami delirium biasanya memiliki waktu yang jauh lebih sulit untuk mempertahankan fokus dan perhatian daripada mereka yang menderita demensia.
- Gejala delirium cenderung berfluktuasi secara signifikan, sedangkan penderita demensia cenderung memiliki daya ingat dan kemampuan berpikir yang relatif konsisten sepanjang hari.
- Mereka yang mengalami delirium biasanya memiliki gejala tambahan yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, sedangkan mereka yang menderita demensia tidak.
- Penyakit mental dan delirium biasanya dapat dibedakan dengan mempertimbangkan berapa usia orang tersebut dan apakah gejalanya muncul secara tiba-tiba. Orang yang lebih tua yang mendapat gejala tiba-tiba cenderung mengalami delirium daripada penyakit mental.
- Namun, mereka yang menderita demensia cenderung mengalami delirium. Seorang pasien dapat memiliki kedua kondisi tersebut dan mereka harus dirawat secara terpisah.
TIPS AHLI
Alex Dimitriu, MD
Sleep Medicine & Psychiatry Professional Alex Dimitriu, MD is the Owner of Menlo Park Psychiatry and Sleep Medicine, a clinic based in the San Francisco Bay Area with expertise in psychiatry, sleep, and transformational therapy. Alex earned his Doctor of Medicine from Stony Brook University in 2005 and graduated from the Stanford University School of Medicine's Sleep Medicine Residency Program in 2010. Professionally, Alex has dual board certification in psychiatry and sleep medicine.
Alex Dimitriu, MD
Sleep Medicine & Psychiatry Professional
Delirium is similar to a dream state
Delirium, in many ways, is the invasion of dreams into your waking life. Unfortunately, for some people, it becomes hard to tell where your dreams end and where reality begins.
Method 2 of 3: Giving Supportive Care
Langkah 1. Berfokuslah untuk menjaga agar orang tersebut tetap nyaman, tenang, dan puas
Anda ingin membuat lingkungan seseorang dengan delirium setenang dan setenang mungkin. Ini akan membuat jam bangun mereka lebih tenang dan dapat memberikan efek menenangkan ketika mereka mengalami masa-masa sulit.
Menjaga orang tersebut tetap tenang dan nyaman juga akan membuat tidur nyenyak, yang terkadang bisa menjadi masalah bagi pasien delirium
Langkah 2. Jaga agar lingkungan mereka tetap stabil
Ketika seseorang mengalami delirium, mereka bisa bingung atau bingung dengan perubahan yang sangat kecil di sekitar mereka. Untuk meminimalkan ini, cobalah untuk tidak memindahkan barang-barang di kamar mereka. Simpan furnitur di tempat yang sama dan letakkan barang-barang yang dibawa dan dipindahkan setiap hari, seperti piring makanan, di tempat yang sama setiap saat.
Anda bahkan mungkin ingin menggunakan piring yang sama setiap hari agar tetap menjadi bagian rutin dari rutinitas mereka
Langkah 3. Kelilingi mereka dengan orang-orang yang akrab
Memiliki wajah-wajah yang ramah dan akrab di sekitar dapat membuat pengidap delirium lebih tenang dan bahagia. Jauhkan orang yang dicintai di dekatnya bila memungkinkan dan cobalah untuk menjaga pengasuh yang sama setiap hari, jika memungkinkan.
Perlihatkan orang yang mengalami delirium gambar teman dan keluarga mereka secara teratur sehingga mereka dapat diingatkan tentang orang-orang yang mencintai dan merawat mereka
Langkah 4. Jaga agar jadwal mereka tetap sama setiap hari
Memiliki rutinitas yang teratur akan sering membuat seseorang dengan delirium merasa lebih nyaman dan tidak bingung. Memastikan mereka makan, berolahraga, dan menerima tamu pada waktu yang sama setiap hari dapat meminimalkan kebingungan dan kecemasan.
Namun, ingat bahwa memiliki jadwal yang ditetapkan tidak selalu memungkinkan. Terkadang berusaha untuk menjaga rutinitas orang tersebut sestabil mungkin adalah satu-satunya yang dapat Anda lakukan dan Anda perlu melakukan penyesuaian karena kunjungan dokter atau kewajiban lainnya
Metode 3 dari 3: Mendiagnosis Delirium
Langkah 1. Identifikasi gejalanya
Ada berbagai macam gejala yang mungkin dialami seseorang dengan delirium. Gejalanya biasanya datang tiba-tiba dan meliputi:
- Bicara cadel
- Rentang perhatian berkurang
- Kurangnya kesadaran lingkungan
- Kegelisahan
- Pola tidur tidak normal
- Kebingungan dan disorientasi
- Kehilangan memori jangka pendek
- Perubahan emosi normal
- Perubahan kepribadian
- Inkontinensia
- Halusinasi visual
- Gejala penyakit (seperti demam, menggigil, nyeri, dll)
Langkah 2. Temui dokter
Sangat penting bahwa seseorang yang diduga mengalami delirium diperiksa oleh dokter. Jika seseorang tiba-tiba mengalami kebingungan, kehilangan ingatan, dan inkoherensi, mereka harus segera diperiksakan ke dokter. Bawa orang itu ke ruang gawat darurat atau ke kantor dokter mereka segera.
Karena delirium adalah sekelompok gejala yang paling sering disebabkan oleh suatu penyakit, mereka yang mengalaminya seringkali sudah dalam perawatan dokter. Namun, jika Anda melihat tanda-tanda delirium pada seseorang yang dirawat di rumah sakit atau menerima perawatan, Anda tetap harus memberi tahu dokter atau perawat orang tersebut bahwa hal itu sedang terjadi
Langkah 3. Selesaikan penilaian kesehatan mental
Untuk mendiagnosis delirium, dokter Anda akan memulai secara informal dengan melakukan percakapan dengan pasien untuk menilai keadaan mental mereka secara keseluruhan. Mereka akan mengajukan pertanyaan dasar yang akan menunjukkan kepada dokter apakah mereka memiliki masalah dengan ingatan, kejelasan, dan pemahaman tentang lingkungan mereka.
- Dokter mungkin menanyakan berbagai macam pertanyaan untuk memeriksa fungsi otak seseorang, seperti soal matematika sederhana, hari atau tahun berapa, dan siapa nama anggota keluarganya.
- Jika seseorang memiliki hubungan jangka panjang dengan dokter, dokter akan lebih mudah menemukan tanda-tanda delirium. Ini karena mereka mengetahui kepribadian orang itu dan akan dapat melihat perilaku abnormal.
Langkah 4. Lakukan pemeriksaan fisik
Setelah dokter menilai kesehatan mental pasien secara umum, mereka biasanya melakukan pemeriksaan fisik juga. Ini dapat membantu dokter untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari yang dapat menyebabkan delirium.
- Pemeriksaan fisik termasuk mengukur tekanan darah dan suhu orang tersebut, dan menilai gerakan mereka dan setiap area rasa sakit atau ketidaknyamanan.
- Dalam beberapa kasus, dokter juga akan memerintahkan tes darah atau urin untuk segera dilakukan sehingga dapat mengevaluasi apakah ada penyakit yang terjadi di dalam tubuh.
Langkah 5. Lakukan pemeriksaan neurologis
Jika dokter Anda mencurigai Anda mengalami delirium, mereka harus meluangkan waktu untuk memeriksa fungsi otak secara khusus. Untuk melakukan ini, dokter akan memeriksa penglihatan, koordinasi, dan refleks otot pasien untuk melihat apakah otak merespons dengan tepat.
- Melakukan tes neurologis dapat membantu dokter menentukan apakah delirium merupakan gejala dari masalah di otak, seperti stroke.
- Mungkin juga perlu melakukan tes pencitraan otak untuk mendiagnosis penyebab delirium.