Dispraksia adalah kecacatan di mana, meskipun tidak ada gangguan fisik, otak seseorang mengalami kesulitan merencanakan gerakan. Akibatnya, mereka bisa canggung, kesulitan memulai atau menghentikan gerakan, memiliki keseimbangan yang buruk, dan/atau kesulitan mempelajari keterampilan motorik baru.
Langkah
Langkah 1. Jangan pernah mengolok-olok mereka, dan jangan biarkan orang lain melakukannya
Banyak anak-anak dengan dyspraxia diintimidasi, terutama di kelas olahraga, karena kemampuan atletik mereka yang buruk. Ingatlah bahwa mereka berusaha sekuat tenaga dan tetap bugar lebih penting daripada mampu membuat lingkaran atau menangkap bola.
Langkah 2. Bagi tindakan menjadi beberapa langkah
Dalam program seni bela diri, mereka memecah setiap gerakan dengan sangat rinci. Misalnya, untuk pukulan karate, Anda membuat kepalan dengan ibu jari di luar dan meringkuk agar tidak menonjol, mulai telapak tangan ke samping, rentangkan lengan dan putar di akhir gerakan. Jika Anda mengetahui instruksi yang sama detailnya untuk hal-hal seperti mengikat sepatu atau mengendarai sepeda, ini akan mempermudah anak dispraksia untuk mempelajari cara melakukan aktivitas tersebut.
Langkah 3. Terus berlatih
Mulailah mereka dengan melakukan gerakan dalam gerakan lambat, sehingga mereka punya waktu untuk memikirkan semua langkah, dan kemudian secara bertahap mempercepatnya, sambil tetap memastikan mereka melakukan gerakan yang benar.
Langkah 4. Ajari mereka cara jatuh
Banyak anak dengan dyspraxia sering jatuh karena keseimbangan dan koordinasi yang buruk. Lihat halaman tentang cara jatuh dengan aman dan latih keterampilan ini dengan anak sampai mereka bisa melakukannya. Ini dapat mencegah cedera serius jika mereka kehilangan keseimbangan, terutama di atas es.
Langkah 5. Lihatlah kekuatan dan kelemahan mereka yang lain
Dispraksia sering sejalan dengan perbedaan belajar seperti autisme, ketidakmampuan belajar nonverbal, dan ADHD. Ini dapat menyebabkan kesulitan dengan interaksi sosial, matematika, dan perhatian, dan masalah ini perlu ditangani secara terpisah.
Langkah 6. Bantu mereka untuk menulis
Anak-anak (atau bahkan orang dewasa) dengan dispraksia akan sering mengalami kesulitan menulis, mengeja, dan menyusun kata-kata mereka dengan rapi sehingga orang lain dapat memahaminya. Dengan kata lain, mereka biasanya memiliki tulisan tangan yang buruk. Jangan hanya menyikatnya, bantu mereka dengan duduk bersama mereka dan berlatih tulisan tangan mereka untuk membuatnya lebih baik. Di sekolah, mungkin lebih mudah menggunakan laptop dan mengetik pekerjaan mereka. Periksa untuk melihat apakah sekolah anak Anda akan menyediakan laptop atau mengizinkan Anda untuk membawa laptop Anda sendiri. Mereka dapat mengirim email pekerjaan rumah apa pun kepada guru jika perlu.
Langkah 7. Periksa pemrosesan sensorik
Sering kali, dyspraxia dapat menjadi efek dari Sensory Integration Dysfunction, suatu kondisi di mana otak mengalami kesulitan memahami informasi sensorik. Jika umpan balik yang mereka dapatkan dari tubuh mereka (taktil, keseimbangan dan/atau proprioception) buruk, maka koordinasi mereka juga akan buruk.
Terapi okupasi dapat membantu dengan masalah pemrosesan sensorik
Langkah 8. Periksa fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif adalah kemampuan untuk merencanakan dan mengatur perilaku, seperti menghambat impuls, menjaga keteraturan, dan mengendalikan jumlah usaha yang Anda lakukan dalam suatu tugas. Karena banyak daerah otak yang sama mengontrol koordinasi motorik dan fungsi eksekutif, masalah pada satu area sering terjadi bersamaan dengan area lainnya. Disfungsi eksekutif bisa sangat membuat frustrasi karena sepertinya anak tidak termotivasi atau malas ketika mereka sebenarnya tidak dapat melakukan apa yang diharapkan dari mereka.
Tips
- Orang dengan dyspraxia mencoba yang terbaik, mereka hanya belajar dengan cara yang berbeda. Bersikaplah lembut dalam membantu mereka karena mereka mungkin berpikir bahwa Anda sedang mengejek mereka, atau mencoba mengolok-olok ketidakmampuan belajar mereka.
- Jika anak terlambat didiagnosis, mereka mungkin mengalami banyak frustrasi dan godaan, dan enggan menghadapi masalah mereka atau cenderung marah tentang mereka. Bersabarlah dan jelaskan kepada mereka bahwa itu bukan salah mereka, bagian otak yang merencanakan gerakan tidak bekerja dengan baik di dalamnya. Jika Anda dapat membantu mereka untuk mengalami kesuksesan dalam gerakan, kepercayaan diri mereka akan terbangun. Jangan sampai mereka sama sekali menghindari aktivitas bergerak, karena hal ini bisa membuat mereka berisiko mengalami masalah kesehatan di kemudian hari seperti penyakit jantung dan obesitas.