Afasia mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Seseorang dengan afasia tahu apa yang ingin mereka katakan, tetapi mereka tidak dapat mengatakannya dengan cara yang dapat dipahami orang. Ini kadang-kadang dapat terjadi setelah seseorang mengalami stroke, dan ini bisa sangat membuat frustrasi orang tersebut. Berbicara dengan seseorang yang menderita afasia bisa jadi menantang, tetapi bukan tidak mungkin. Membuat beberapa perubahan sederhana pada cara Anda berbicara dengan orang tersebut dapat membantu Anda menyampaikan pesan dan mengetahui apa yang mereka katakan juga. Berhati-hatilah untuk menghindari kesalahan umum yang dilakukan orang saat berkomunikasi dengan penderita afasia, seperti merendahkan mereka, mengoreksi ucapannya, atau mengabaikannya dalam percakapan.
Langkah
Metode 1 dari 2: Menyesuaikan Cara Anda Berkomunikasi
Langkah 1. Dapatkan perhatian orang tersebut sebelum Anda mulai berbicara
Selalu sapa orang tersebut dengan sebutan yang disukainya saat Anda memasuki ruangan atau melihatnya, seperti dengan mengatakan, “Halo, Pak Abers!” atau “Hai, Carla!” Kemudian, pastikan bahwa mereka melihat Anda sebelum Anda mengatakan hal lain.
- Jika Anda berada di tempat yang bising, pergilah ke ruangan yang tenang untuk berbicara. Matikan apa pun yang mungkin membuatnya sulit didengar, seperti TV atau radio. Duduk atau berdiri sehingga Anda menghadap orang tersebut.
- Jika orang tersebut mengalami kesulitan mendengar, tidak apa-apa untuk berbicara lebih keras dari biasanya. Namun, jika pendengaran mereka baik, jangan berteriak atau berbicara dengan volume tinggi.
Langkah 2. Ajukan pertanyaan “ya” atau “tidak” bila memungkinkan
Pertanyaan "Ya" dan "tidak" sering kali lebih mudah dijawab oleh penderita afasia, jadi gunakan ini jika memungkinkan. Ini mungkin memerlukan lebih banyak pertanyaan daripada yang biasanya Anda lakukan untuk mengetahui apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang tersebut. Namun, akan sangat membantu jika Anda kesulitan mengidentifikasi apa yang mereka inginkan atau butuhkan.
- Misalnya, jika orang tersebut mencoba memberi tahu Anda sesuatu, Anda dapat memulai dengan pertanyaan sederhana seperti, “Apakah Anda lapar?” atau "Apakah Anda membutuhkan saya untuk membawakan sesuatu untuk Anda?"
- Kemudian, persempit apa yang diinginkan orang tersebut dengan pertanyaan tambahan “ya” atau “tidak”, seperti “Apakah Anda ingin sandwich?” atau "Apakah Anda membutuhkan kacamata Anda?"
Langkah 3. Berikan opsi untuk menyederhanakan pilihan bagi mereka
Ketika Anda perlu menanyakan sesuatu yang tidak dapat Anda masukkan ke dalam pertanyaan "ya" atau "tidak", memberikan opsi adalah cara terbaik berikutnya untuk berkomunikasi dengan mereka. Tawarkan kepada mereka 2-3 pilihan untuk menghindari membuat mereka kewalahan.
- Misalnya, Anda dapat menanyakan sesuatu seperti, “Mau pakai baju merah atau baju biru?” atau “Apakah Anda ingin kalkun, ham, atau daging sapi panggang di sandwich Anda?”
- Selalu pastikan untuk mengkonfirmasi tanggapan mereka setelah mereka memberikannya. Misalnya, jika orang tersebut menjawab bahwa mereka ingin memakai baju merah, katakan, “Baju merah?” dan kemudian menunggu mereka mengangguk atau berkata ya.
Langkah 4. Gunakan isyarat visual untuk memudahkan mereka menyatakan kebutuhan mereka
Isyarat visual dapat membantu memperjelas ketika Anda tidak yakin dengan apa yang ditanyakan atau dikatakan orang tersebut. Minta orang tersebut untuk menggunakan isyarat visual bila memungkinkan untuk membantu Anda memahami apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan antara lain:
- Menunjuk
- Menggambar
- Menggunakan gerakan tangan
- Menulis
- Menggunakan ekspresi wajah
Langkah 5. Jelaskan instruksi secara sederhana dengan langkah-langkah kecil
Alih-alih memberi orang itu serangkaian instruksi yang rumit, pecahkan apa yang Anda katakan. Beri tahu orang itu satu per satu dan berhentilah setelah setiap instruksi untuk memberi mereka kesempatan menyerap informasi.
Misalnya, alih-alih mengatakan, “Pertama, saya akan membantu Anda berpakaian dan sarapan, lalu Anda membuat janji dengan dokter pada pukul 9:00,” Anda dapat mengatakan, “Saya akan membantu Anda berpakaian,” lalu jeda. Lalu katakan, “Selanjutnya, kita akan pergi ke ruang makan untuk sarapan,” dan berhenti sejenak. Kemudian katakan, "Setelah itu, Anda akan pergi ke janji dokter jam 9:00."
Langkah 6. Pastikan bahwa Anda dan orang tersebut saling memahami
Kesalahpahaman dapat terjadi dengan mudah ketika Anda berkomunikasi dengan seseorang dengan afasia. Ketika orang tersebut mengatakan sesuatu kepada Anda, rangkum kembali poin utama mereka dan katakan, “Benarkah?” Beri mereka kesempatan untuk mengkonfirmasi atau mengklarifikasi poin mereka. Demikian pula, cobalah untuk memastikan bahwa mereka memahami Anda. Misalnya, Anda dapat mengatakan, “Apakah itu masuk akal?”
Cobalah untuk memverifikasi pemahaman, tetapi jangan memaksakannya terlalu keras, atau orang tersebut bisa menjadi frustrasi. Beristirahatlah atau beri mereka lebih banyak waktu jika Anda merasakan mereka menjadi gelisah
Metode 2 dari 2: Menghindari Masalah Umum
Langkah 1. Gunakan bahasa orang dewasa dan hindari berbicara rendah kepada orang tersebut
Jangan pernah menggunakan baby talk atau berbicara dengan seseorang dengan afasia dengan cara seperti anak kecil. Ini merendahkan dan kemungkinan akan membuat mereka kesal. Bicaralah dengan mereka menggunakan jenis bahasa yang sama dengan orang dewasa lainnya.
Langkah 2. Biarkan orang tersebut menyelesaikan apa yang mereka katakan sendiri
Jangan mencoba untuk membuat mereka terburu-buru atau menyelesaikan kalimat orang tersebut untuk mereka. Ini akan membuat mereka frustrasi dan tidak akan memberi mereka kesempatan untuk berlatih berbicara sendiri.
- Ingatlah bahwa mungkin perlu beberapa saat bagi seseorang dengan afasia untuk sepenuhnya mengekspresikan diri. Cobalah untuk bersabar saat mereka melakukannya.
- Jika Anda kekurangan waktu, coba beri tahu orang itu bahwa Anda akan kembali untuk berbicara dengannya nanti dan pastikan Anda melakukannya.
Langkah 3. Dorong orang tersebut dalam usahanya untuk berbicara
Puji orang tersebut dan yakinkan mereka bahwa mereka melakukan pekerjaan dengan baik bahkan jika mereka sedang berjuang. Ini akan membantu membangun kepercayaan diri mereka dan memberi mereka motivasi untuk terus berusaha.
Jika orang tersebut mulai frustrasi saat mencoba berkomunikasi, cobalah mengatakan sesuatu seperti, “Saya tahu Anda tahu. Teruslah mencoba memberi tahu saya,” atau “Kamu hebat! Gunakan waktumu."
Tip: Hindari mengoreksi orang jika mereka mengingat sesuatu yang salah atau membuat kesalahan. Dengarkan dan biarkan mereka mengatakan apa yang ingin mereka katakan sendiri.
Langkah 4. Libatkan orang tersebut dalam percakapan seperti biasa
Jangan mengabaikan mereka atau mencoba berbicara mewakili mereka. Tanyakan kepada orang tersebut apa yang mereka pikirkan dan beri mereka kesempatan untuk berbicara selama percakapan. Jika Anda mendiskusikan masalah penting, mintalah masukan mereka. Tunjukkan pada mereka bahwa Anda menghargai pendapat mereka dan bahwa Anda ingin mendengar apa yang mereka katakan.
Pastikan Anda menghubungi orang tersebut sesekali selama percakapan untuk memastikan mereka mengerti. Misalnya, Anda dapat mengatakan sesuatu seperti, "Apakah itu masuk akal, Charlie?" Berhati-hatilah untuk tidak melakukan ini terlalu sering atau orang tersebut mungkin menjadi kesal
Tip: Cobalah mengajak orang tersebut keluar untuk bersosialisasi lebih banyak saat pemahaman mereka meningkat. Ini dapat membantu membangun kepercayaan diri mereka dan memberi mereka kesempatan ekstra untuk berlatih berbicara.
Langkah 5. Beralih ke aktivitas lain jika orang tersebut menjadi terlalu frustrasi
Terkadang percakapan akan membuat orang tersebut frustasi untuk melanjutkannya. Jika ini terjadi, temukan hal lain untuk dilakukan dengan orang tersebut atau biarkan dia sendiri jika dia ingin waktu tenang. Pastikan untuk menanyakan apakah mereka ingin istirahat tanpa memperhatikan rasa frustrasi mereka.